Menguap adalah
tindakan refleks dari kegiatan menghirup udara dan peregangan di gendang
telinga diikuti oleh kegiatan menghembuskan napas. Menguap adalah perilaku
manusia yang lazim dan rangkali universal. Menguap dilakukan sepanjang hidup.
Waktu menguap, mulut menganga disertai dengan menghirup napas lama-lama diikuti
dengan mengeluarkan napas dengan singkat. Menguap penting untuk membuka saluran
Eustachius (yang berawal di telinga menuju tenggorokan) dan untuk menyesuaikan
tekanan udara di telinga tengah. Menguap amat penting secara klinis bagi
kesehatan. Menguap atau tidaknya, dapat merupakan simtom luka-luka di otak,
tumor-tumor, perdarahan, mabuk perjalanan dan ensefalitis. Menguap juga
merupakan faktor terapeutik yang penting dalam mencegah komplikasi-komplikasi
pernapasan pascabedah. Biasanya jika tubuh kita merasa ngantuk, mulut kita akan
menguap dengan sendirinya tanpa bisa kita kendalikan. Tetapi sebenarnya
menguap itu adalah suatu aktivitas tubuh yang diakibatkan oleh terlalu panasnya
otak kita di luar batas normalnya.
Tujuan dari menguap adalah untuk
mengontrol temperatur otak. Saat menguap, peregangan di daerah rahang
meningkatkan aliran darah di leher, wajah, dan kepala. Menarik napas dalam
ketika proses menguap membuat cairan di tulang belakang dan darah dari otak
mengalir ke bawah. Udara sejuk yang dihirup ketika menguap membantu
mendinginkan cairan ini. Proses ini berjalan seperti halnya radiator,
melepaskan darah yang terlalu panas dari otak lalu memasukkan darah yang
suhunya lebih rendah yang berasal dari paru-paru, kaki, dan tangan sehingga
mendinginkan permukaan otak. Pada umumnya orang-orang yang sedang membuat otaknya bekerja
keras, seperti para pelajar dan mahasiswa yang akan menghadapi ujian akhir,
akan dapat lebih mudah membuat otaknya menjadi panas. Ketika suhu otak sedang
meningkat, maka dibutuhkan udara dari luar tubuh yang cukup banyak untuk
mendinginkan otak. Dan menguap adalah salah satu cara efektif yang
dilakukan oleh tubuh kita untuk menurunkan suhu otak yang meningkat.
Jika kita
menguap, maka otomatis kelenjar air mata mengeluarkan cairan lebih banyak. Itu
terjadi karena pada saat kita menguap, terjadi penutupan
kelopak mata disertai tekanan dan ada beberapa otot muka yang bergerak, salah
satunya adalah otot-otot yang ada di sekitar mata kita. Gerakan otot ini
menyebabkan tekanan pada kelenjar air mata dan menimbulkan gerakan seperti
memeras kelopak mata. Akibat dari adanya tekanan dan gerakan ini, secara
otomatis kelenjar air mata akan mengakibatkan kelenjar air mata lebih banyak
berproduksi dan mensekresikan air mata yang bisa keluar setelah kita menguap.
Analoginya otak kita bekerja seperti halnya komputer. Nah, komputer
bisa beroperasi dengan efisien bila tetap dingin. Karena itulah dibutuhkan
komponen seperti kipas, heatsink, agar komputer tidak cepat panas dan berhenti
bekerja. Demikian juga kerja otak, pemanasan yang terjadi lewat aktifitas
berpikir dan bergerak membuat suhu di otak meningkat tajam. Menguap pun
merupakan solusi untuk mengembalikan suhu yang stabil bagi aktifitas otak itu
sendiri.
Faktor-faktor
lain seperti tingkat kelembaban udara, musim, usia, jenis kelamin, kecukupan
tidur malam, banyaknya waktu yang dihabiskan di luar ruangan, dan lain
sebagainya tidak begitu banyak berpengaruh terhadap aktivitas menguap yang
dilakukan tubuh secara otomatis. Menguap
juga dipercaya merupakan aktivitas yang menular. Hanya dengan melihat seseorang
menguap bisa membuat kita menguap. Bahkan hanya dengan membaca artikel mengenai
menguap bisa membuat menguap. Orang yang menguap setelah melihat anda menguap
adalah orang yang terinfeksi akibat melihat anda menguap atau dengan kata lain,
ini cara penulran kedua. Bukan tidak mungkin ada pula yang menguap hanya karena
mendengar anda menguap, karena menguap juga menular melalui pendengaran, jika
memainkan pita rekaman bunyi orang yang menguap kepada seorang tunanetra,
mereka akan menguap.
Asih, N.G.A., & Effendy, C. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gladwell, Malcolm. 2007. Tipping Point. Jakarta: EGC.
Juan, Stephen. (2005). Tubuh Ajaib. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sumardjo, Damin. (2009). Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Bioeksata. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
0 komentar:
Posting Komentar