Selasa, 23 Desember 2014

Mekanisme Menguap


Menguap adalah tindakan refleks dari kegiatan menghirup udara dan peregangan di gendang telinga diikuti oleh kegiatan menghembuskan napas. Menguap adalah perilaku manusia yang lazim dan rangkali universal. Menguap dilakukan sepanjang hidup. Waktu menguap, mulut menganga disertai dengan menghirup napas lama-lama diikuti dengan mengeluarkan napas dengan singkat. Menguap penting untuk membuka saluran Eustachius (yang berawal di telinga menuju tenggorokan) dan untuk menyesuaikan tekanan udara di telinga tengah. Menguap amat penting secara klinis bagi kesehatan. Menguap atau tidaknya, dapat merupakan simtom luka-luka di otak, tumor-tumor, perdarahan, mabuk perjalanan dan ensefalitis. Menguap juga merupakan faktor terapeutik yang penting dalam mencegah komplikasi-komplikasi pernapasan pascabedah. Biasanya jika tubuh kita merasa ngantuk, mulut kita akan menguap dengan sendirinya tanpa bisa kita kendalikan. Tetapi sebenarnya menguap itu adalah suatu aktivitas tubuh yang diakibatkan oleh terlalu panasnya otak kita di luar batas normalnya.
Tujuan dari menguap adalah untuk mengontrol temperatur otak. Saat menguap, peregangan di daerah rahang meningkatkan aliran darah di leher, wajah, dan kepala. Menarik napas dalam ketika proses menguap membuat cairan di tulang belakang dan darah dari otak mengalir ke bawah. Udara sejuk yang dihirup ketika menguap membantu mendinginkan cairan ini. Proses ini berjalan seperti halnya radiator, melepaskan darah yang terlalu panas dari otak lalu memasukkan darah yang suhunya lebih rendah yang berasal dari paru-paru, kaki, dan tangan sehingga mendinginkan permukaan otak. Pada umumnya orang-orang yang sedang membuat otaknya bekerja keras, seperti para pelajar dan mahasiswa yang akan menghadapi ujian akhir, akan dapat lebih mudah membuat otaknya menjadi panas. Ketika suhu otak sedang meningkat, maka dibutuhkan udara dari luar tubuh yang cukup banyak untuk mendinginkan otak.  Dan menguap adalah salah satu cara efektif yang dilakukan oleh tubuh kita untuk menurunkan suhu otak yang meningkat.  
Jika kita menguap, maka otomatis kelenjar air mata mengeluarkan cairan lebih banyak. Itu terjadi karena pada saat kita menguap, terjadi penutupan kelopak mata disertai tekanan dan ada beberapa otot muka yang bergerak, salah satunya adalah otot-otot yang ada di sekitar mata kita. Gerakan otot ini menyebabkan tekanan pada kelenjar air mata dan menimbulkan gerakan seperti memeras kelopak mata. Akibat dari adanya tekanan dan gerakan ini, secara otomatis kelenjar air mata akan mengakibatkan kelenjar air mata lebih banyak berproduksi dan mensekresikan air mata yang bisa keluar setelah kita menguap.
Analoginya otak kita bekerja seperti halnya komputer. Nah, komputer bisa beroperasi dengan efisien bila tetap dingin. Karena itulah dibutuhkan komponen seperti kipas, heatsink, agar komputer tidak cepat panas dan berhenti bekerja. Demikian juga kerja otak, pemanasan yang terjadi lewat aktifitas berpikir dan bergerak membuat suhu di otak meningkat tajam. Menguap pun merupakan solusi untuk mengembalikan suhu yang stabil bagi aktifitas otak itu sendiri.
Faktor-faktor lain seperti tingkat kelembaban udara, musim, usia, jenis kelamin, kecukupan tidur malam, banyaknya waktu yang dihabiskan di luar ruangan, dan lain sebagainya tidak begitu banyak berpengaruh terhadap aktivitas menguap yang dilakukan tubuh secara otomatis. Menguap juga dipercaya merupakan aktivitas yang menular. Hanya dengan melihat seseorang menguap bisa membuat kita menguap. Bahkan hanya dengan membaca artikel mengenai menguap bisa membuat menguap. Orang yang menguap setelah melihat anda menguap adalah orang yang terinfeksi akibat melihat anda menguap atau dengan kata lain, ini cara penulran kedua. Bukan tidak mungkin ada pula yang menguap hanya karena mendengar anda menguap, karena menguap juga menular melalui pendengaran, jika memainkan pita rekaman bunyi orang yang menguap kepada seorang tunanetra, mereka akan menguap.


Daftar Pustaka
Asih, N.G.A., & Effendy, C. (2004).  Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gladwell, Malcolm. 2007. Tipping Point. Jakarta: EGC.
Juan, Stephen. (2005). Tubuh Ajaib. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumardjo, Damin. (2009). Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Bioeksata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


0 komentar:

Posting Komentar